Skip to main content

Posts

Featured

Tak Lagi Bersuara

Oleh, Biru  Aku tidak tahu menahu soal apapun, termasuk keputusan ia untuk tidak melanjutkan hubungan ini lebih dari selebihnya.  Mungkin pada dasarnya, memang demikian. Ia ragu, pada diriku sendiri. Dan akupun merasa ragu dengan diriku sendiri, yang masih suka mempertanyakan banyak hal? Tentang mimpi, tentang sebuah perbandingan dari hal-hal sederhana yang suka mengganggu benakku sejak lama.  Tak ada salam perpisahan, tak ada juga kata untuk hal-hal terakhir. Ia hanya memberiku selembar kertas lewat Gisa.  Sebelum keberangkatanku ke Jerman. Gisa datang ke rumahku, aku tak tahu ketika diriku masih berdiri kaku di depan pintu seperti zombie. Karena banyak pekerjaan yang perlu ku selesaikan selama beberapa hari itu, tiba-tiba ia memelukku.  “Maaf ya Na.” “Maafin aku.” Sekarang selembar undangan itu masih enggan kubuka. Karena aku tau jika Dhyo akan menikah dalam minggu ini. Nama dalam undangan itu, terpampang dengan jelas.  Dhyo Ramana Putra Lebih mengejutkan...

Latest Posts

Fa

Pergi, Menunggu, dan Kembali, Buntu

Tidak Ada Lagi, Pertemuan

Menjelang Magrib

Sesuatu, dari Dalam Diri

Terangku Gelapmu, Muram Kita

Potrait of Ama Yesin

Mengantar, Pulang

Kembali dan Berucap “Selamat tinggal”

Telah Disebutnya Nyaman