Skip to main content

Posts

Featured

Fa

     Oleh, Biru Kami berdua bersama-sama terpaku pada satu hal yang seringkali menjadi peran utama menuju titik kebingungan. Entah perihal apa saja, tetapi Fa selalu tertawa menanggapinya. “Coba liat aja kaya aneh aja gitu orang yang punya hal semacam itu,” “Sumpah aneh banget deh bii!” Aku mendengarkannya dengan seksama, ketika ia berulang kali menceritakan seorang yang pernah ia anggap teman. Banyak hal yang membuat ia geram, sampai-sampai kulihat ketika ia menjelaskan beberapa perkara tentang hal itu ia selalu menjelaskannya dengan penuh kekesalan yang tadinya terpendam. “Aku sampe gatau lagi mau ngomong apa, kalau kamu tau pasti ikutan sebel,” ujarnya berseru. Aku yang sendari tadi masih khidmat mengangguk ceritanya dengan senang hati, kini beralih menyendokkan es krim kearah mulutnya. “Enak kan? Ini kesukaan kamu,” kataku. “Yang ini juga kesukaan aku,” balasnya, seraya menujukkan jarinya kearahku. Menanggapi hal seperti itu yang kerap terjadi secara tiba-tiba membuatku jadi salah

Latest Posts

Pergi, Menunggu, dan Kembali, Buntu

Tidak Ada Lagi, Pertemuan

Menjelang Magrib

Sesuatu, dari Dalam Diri

Terangku Gelapmu, Muram Kita

Potrait of Ama Yesin

Mengantar, Pulang

Kembali dan Berucap “Selamat tinggal”

Telah Disebutnya Nyaman

Menjemput, Bapak