Di Rumah di Meja Makan
Trigger Warning : ED, Self-harm
Oleh Biru
“Ayo lanjutin.”
“Lanjutin makannya.”
“Buruan lanjutin,
gausah dimuntahin.”
Sepiring
nasi dan beberapa lauk yang masih tinggal beberapa diatas piring menunggu untuk
giliran masuk pada sesi selanjutnya. Tetapi perutku terasa menolak untuk
kesekian kalinya, hal seperti ini saja sulit untuk memutuskannya.
“Lanjut
atau tidak ya,” gumanku.
Aku
masih terdiam dan menatap telor mata sapi yang masih belum ada separuh potongan
dan begitu juga nasi masih tersisa banyak.
“Diliatin
aja enggak bakalan bikin berkurang,” sahut Rama.
Aku
mengangguk dan kembali memasukkan satu sendok nasi dengan kuning telor
diatasnya. Sesi menguyah cukup lancar kemudian entah kenapa rasa susah menelan
dan ingin menangis kembali terjadi.
“Kenapa? Makanannya
kan enak.”
“Sayang juga kalo
dimuntahin, terus katanya mau gendutan?”
Pernyataan
yang sama terus berputar pada benak, membuatku tak tahan untuk berontak. Tapi aku
berusaha mengontrol diri untuk tetap pada tempatnya karena ini tempat dimana
Rama dan orang tuanya berada.
Namun
selanjutnya Aku melakukan hal yang cukup bodoh, dengan menagis di hadapan
mereka. Tak hanya itu Rama berlari dengan sehelai kain ditangannya kemudian
bertanya apakah aku tidak apa-apa? Apakah aku masih mendengar suaranya? Dan disusul
dengan Ibunya yang terlihat panik kemudian menangis.
Tamat
Comments
Post a Comment