Lalu, yang Datang Bagian dari Lain Hal

 


“Agi kamu udah beberapa menit disana?” tanya Gema.

Gema berjalan menghampiri Agi yang terus menerus menatap taplak meja sesekali menata ulang dan itu ia lakukan secara selang detik demi detik.

“Agi mau sampai kapan benerin taplaknya?” ujar Gema melemparkan kembali pertanyaanya.

Yang ditanya tak kunjung menjawab, hanya menghela napas kasar. Kemudian mengacak rambutnya asal dan berjalan keluar menuju dapur.

Ia meneguk segelas air putih, dan masih belum mengatakan apa-apa.

“Agi?” panggil Gema.

“Iya,” balasnya.

“Mau pergi keluar? Kita cari udara segar ditaman biasanya,” ajak Gema.

Agi menggeleng lirih.

“Nanti kalau semua terulang kembali bagaimana?” tanya Agi.

“Yang paling baik dilakukan saat ini hanya merapikan taplak meja, membersihkan beberapa barang perabotan rumah, mengisi tenaga dengan cara makan,” terang Agi.

“Agi enggak kangen sama bagian dari diri Agi yang dulu?” lagi dan lagi Gema melontarkan pertanyaan.

“Gabisa jawab,” balas Agi kemudian beralih mengambil serbet diatas dispenser, tangannya tak hanya tinggal diam Agi mengusap beberapa perabot rumah yang berada di dekatnya.

“Kenapa gabisa? Tinggal jawab ya atau tidak.”

“YA MEMANG SAYA TIDAK BISA,” kali ini suara Agi meninggi.

Gema terdiam, ia lupa caranya mengontrol diri kali ini. Seharusnya Gema tau beberapa batasan dari beberapa hal mengenai Agi.

Selanjutnya hanya ada suara Agi menahan tangis, dengan serbet setengah kotor yang digenggamnya. Gema berjalan kearah Agi dan membawa pria itu kedalam dekapannya.

Tamat



Comments

Popular Posts