Pikiran yang Berakhir Reda


[Trigger warning; suicide]

When your legs don't work like they used to before

And I can't sweep you off of your feet - Thinking out loud Ed Sheeran

Pria itu mendongak ketika sebuah lagu memberi warna tersendiri untuk sore ini, seorang lelaki lebih tua itu bersenandung dengan merdu. Suaranya yang terkesan lembut serak basah dengan santunnya memasuki indra pendengaran bagi siapapun pendengarnya. Ditambah lagi dengan lagu yang senantiasa ia dengarkan sepanjang waktu. 

Will your mouth still remember the taste of my love

Will your eyes still smile from your cheeks - Thinking out loud Ed Sheeran

Bait selanjutnya menuntun Weza menyusuri jalanan kota yang membawa ke apartemennya. Namun sebelum itu ia hendak mampir pada kedai toko biasanya yang menjual makanan, Weza hendak membawakan beberapa onigiri dan soda untuk menemani pekerjaannya. Tentu saja ia akan membawa beberapa cemilan lainnya yang dimana ia akan makan bersama dengan seseorang yang ia rindukan selama Weza sibuk bekerja. 

Weza merindukan dimana dia tersenyum dengan hangat, menatapnya dengan penuh kasih dan seolah menaruh rasa sayangnya sepenuhnya pada Weza. Mengingat hal ini membuat Weza berulang kali menggulum senyum, mengingat beberapa hal konyol yang mereka ingat selama bertahun-tahun.

Tingkahnya, cara ia berbicara, cara ia marah dan satu hal yang Weza benci ketika ia seringkali pulang larut membiarkan seseorang itu sendirian bersama keheningan yang seringkali membuat dia bertindak hal yang tidak-tidak. 

Seusai ia membeli keperluan yang ada Weza kembali melanjutkan perjalanan menuju apartemen yang ia tempati, butuh sekitar delapan menit dengan berjalan kaki dan ia sampai pada apa yang dituju.

Pria mungil itu masih terdiam, mencerna hal yang barusan terjadi. Tangannya melemas membuat ia menjatuhkan sekatung kresek yang berisi bir, cemilan dan beberapa bungkus onigiti. Kepergian itu benar-benar terjadi, ini terhitung dimana hal yang tidak akan ia harapkan sama sekali. Pikirannya masih berkutat dengan jasad seseorang yang melayang pada tepat jarak lima langkah dari pintu apartemennya. Weza menjatuhkan dirinya seketika, berbarengan dengan debam pintu yang tertutup begitu saja.

“He says not going to leave me,” batin Weza.

Mata sayu Weza tertuju pada wajah Pria yang berada dihadapannya. Ia merasakan dadanya seolah ada benda yang menekannya membuat ia kesulitan untuk mengatur deru napasnya, ia masih berpikir bahwa semua perihal yang ada hanyalah bayangan atau mimpi semata namun ternyata semua perihal ini benar-benar nyata dan Weza tak mampu berkata perihal itu.

Pandangannya mengabur setelah beberapa menit usai kejadian itu, kepalanya terlalu berat untuk diajak berdiskusi membuat matanya terpejam saat itu juga.

Mungkin jika Weza melangkah lebih jauh dan memberanikan diri untuk mengambil alih jasad Pria yang ada dihadapannya, memberanikan untuk memberikan pertolongan pertama mungkin ia bisa tertolong saat itu juga.

“I wasn’t ready to say goodbye.”

Tamat

Comments

Popular Posts